INDRAMAYU,
(PRLM).- Gabungan Koperasi Tempe Tahu Indonesia mendukung pengembangan budidaya
kedelai lokal untuk meminimalisasi ketergantungan terhadap kedelai impor.
Pengembangan kedelai lokal juga dinilai akan lebih meningkatkan perekonomian
daerah.
“Kami
(Gagoptindo-red) sangat berminat untuk membeli kedelai lokal. Dan, kami yakin
masyarakat mampu mengembangkan kedelai lokal dengan dukungan dari pemerintah,”
kata Ketua Gakoptindo, Aip Syarifuddin di sela peresmian Gedung Primkopti
Indramayu, Jalan Gatot Subroto, Kamis (31/10/13).
Pengembangan
kedelai lokal, kata Aip, telah diinisiasi melalui kerja sama lima kementerian,
yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Ekonomi
dan UMKM, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
serta Gakoptindo dan Bulog di lahan transmigrasi Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra
Selatan baru-baru ini. Penanaman kedelai tahap pertama seluas 30.000 hektare
dari luas total 170.000 hektare lahan tersebut menjadi proyek percontohan bagi
sejumlah daerah lainnya di seluruh Indonesia.
Peningkatan
budi daya kedelai lokal tersebut dibutuhkan untuk mengatasi ketergantungan
terhadap kedelai impor yang sering berdampak pada fluktuasi harga kedelai. Saat
ini, menurut Aip, kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 2,5 juta ton per
tahun dan sekitar 2 juta ton di antaranya diperoleh melalui impor dari Amerika
Serikat.
Dalam dua
bulan ke depan, Gakoptindo memperoleh izin dari Kementerian Perdagangan untuk
mengimpor kedelai dari AS sebanyak 20.000 ton dari total 125.000 ton. Meski
demikian, angka tersebut masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan kedelai
nasional per bulan yang mencapai 135.000 ton.
“Jadi kami
juga masih mengandalkan dari importir lain untuk memenuhi kebutuhan kedelai.
Namun, dengan mendapatkan izin impor, harga kedelai dari Gakoptindo akan lebih
murah,” ujar Aip.
Ketua Pusat
Koperasi Tempe Tahu Indonesia Jawa Barat, Asep Nurdin mendukung pengembangan
budi daya kedelai lokal. Pasalnya, saat ini kebutuhan kedelai di Jabar mencapai
18.000 ton per bulan dan sebagian besar di antaranya masih kedelai impor.
Meski
demikian, Asep menegaskan agar pengembangan kedelai lokal dikelola dengan
sistem yang baik “Soalnya, menurut sering kali data tidak sesuai dengan kondisi
di lapangan,” katanya.
Dari data
nasional yang diterimanya, Asep menyebutkan, Jawa Barat diperkirakan akan panen
raya sebanyak 11.868 ton kedelai sekitar dari 7.000 hektare pada
Oktober-Desember 2013. Namun, hal itu tidak ia temukan di lapangan.
Sementara
itu, Ketua Primkopti Indramayu Supriyadi menegaskan komitmennya untuk
menyejahterakan para anggotanya yang merupakan para perajin tahu dan tempe, di
antaranya dengan membangun gedung baru untuk meningkatkan pelayanan. “Terutama
untuk distribusi kedelai yang membutuhkan tempat strategis,” katanya.
Dalam
peresmian gedung barunya, Primkopti Indramayu mendapatkan apresiasi dari
Gakoptindo sebagai koperasi yang terus menunjukkan eksistensinya sebagai tolok
ukur Jabar dan nasional. Kegiatan tersebut dihadiri para Ketua Kopti dari
sejumlah kota/kabupaten di Jawa Barat.
Analisis
:
What : Gabungan Koperasi Tempe Tahu Indonesia mendukung
pengembangan budidaya
kedelai lokal untuk meminimalisasi ketergantungan terhadap kedelai impor.
Who : Ketua Gakoptindo, Aip Syarifuddin.
When : Kamis (31/10/13).
Where : Gedung Primkopti Indramayu, Jalan Gatot Subroto
Why : Peningkatan budi daya kedelai lokal tersebut dibutuhkan untuk mengatasi
ketergantungan terhadap kedelai impor yang sering berdampak pada fluktuasi
kedelai lokal untuk meminimalisasi ketergantungan terhadap kedelai impor.
Who : Ketua Gakoptindo, Aip Syarifuddin.
When : Kamis (31/10/13).
Where : Gedung Primkopti Indramayu, Jalan Gatot Subroto
Why : Peningkatan budi daya kedelai lokal tersebut dibutuhkan untuk mengatasi
ketergantungan terhadap kedelai impor yang sering berdampak pada fluktuasi
harga kedelai. Saat ini, menurut
Aip, kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai
2,5 juta ton per tahun dan sekitar 2
juta ton di antaranya diperoleh melalui
impor dari Amerika Serikat.
How : Pengembangan kedelai lokal, kata Aip, telah diinisiasi melalui kerja sama lima
kementerian, yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Ekonomi dan UMKM, Kementerian Pertanian, dan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Gakoptindo dan Bulog di lahan
How : Pengembangan kedelai lokal, kata Aip, telah diinisiasi melalui kerja sama lima
kementerian, yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Ekonomi dan UMKM, Kementerian Pertanian, dan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Gakoptindo dan Bulog di lahan
transmigrasi Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatra Selatan baru-baru ini.
Penanaman kedelai tahap pertama seluas 30.000
hektare dari luas total
170.000 hektare lahan tersebut menjadi proyek percontohan bagi
sejumlah
daerah lainnya di seluruh Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar