Minggu, 03 November 2013

Gakopindo Dukung Pengembangan Budidaya Kedelai Lokal


INDRAMAYU, (PRLM).- Gabungan Koperasi Tempe Tahu Indonesia mendukung pengembangan budidaya kedelai lokal untuk meminimalisasi ketergantungan terhadap kedelai impor. Pengembangan kedelai lokal juga dinilai akan lebih meningkatkan perekonomian daerah.
“Kami (Gagoptindo-red) sangat berminat untuk membeli kedelai lokal. Dan, kami yakin masyarakat mampu mengembangkan kedelai lokal dengan dukungan dari pemerintah,” kata Ketua Gakoptindo, Aip Syarifuddin di sela peresmian Gedung Primkopti Indramayu, Jalan Gatot Subroto, Kamis (31/10/13).
Pengembangan kedelai lokal, kata Aip, telah diinisiasi melalui kerja sama lima kementerian, yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Ekonomi dan UMKM, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Gakoptindo dan Bulog di lahan transmigrasi Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan baru-baru ini. Penanaman kedelai tahap pertama seluas 30.000 hektare dari luas total 170.000 hektare lahan tersebut menjadi proyek percontohan bagi sejumlah daerah lainnya di seluruh Indonesia.
Peningkatan budi daya kedelai lokal tersebut dibutuhkan untuk mengatasi ketergantungan terhadap kedelai impor yang sering berdampak pada fluktuasi harga kedelai. Saat ini, menurut Aip, kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 2,5 juta ton per tahun dan sekitar 2 juta ton di antaranya diperoleh melalui impor dari Amerika Serikat.
Dalam dua bulan ke depan, Gakoptindo memperoleh izin dari Kementerian Perdagangan untuk mengimpor kedelai dari AS sebanyak 20.000 ton dari total 125.000 ton. Meski demikian, angka tersebut masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan kedelai nasional per bulan yang mencapai 135.000 ton.
“Jadi kami juga masih mengandalkan dari importir lain untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Namun, dengan mendapatkan izin impor, harga kedelai dari Gakoptindo akan lebih murah,” ujar Aip.
Ketua Pusat Koperasi Tempe Tahu Indonesia Jawa Barat, Asep Nurdin mendukung pengembangan budi daya kedelai lokal. Pasalnya, saat ini kebutuhan kedelai di Jabar mencapai 18.000 ton per bulan dan sebagian besar di antaranya masih kedelai impor.
Meski demikian, Asep menegaskan agar pengembangan kedelai lokal dikelola dengan sistem yang baik “Soalnya, menurut sering kali data tidak sesuai dengan kondisi di lapangan,” katanya.
Dari data nasional yang diterimanya, Asep menyebutkan, Jawa Barat diperkirakan akan panen raya sebanyak 11.868 ton kedelai sekitar dari 7.000 hektare pada Oktober-Desember 2013. Namun, hal itu tidak ia temukan di lapangan.
Sementara itu, Ketua Primkopti Indramayu Supriyadi menegaskan komitmennya untuk menyejahterakan para anggotanya yang merupakan para perajin tahu dan tempe, di antaranya dengan membangun gedung baru untuk meningkatkan pelayanan. “Terutama untuk distribusi kedelai yang membutuhkan tempat strategis,” katanya.
Dalam peresmian gedung barunya, Primkopti Indramayu mendapatkan apresiasi dari Gakoptindo sebagai koperasi yang terus menunjukkan eksistensinya sebagai tolok ukur Jabar dan nasional. Kegiatan tersebut dihadiri para Ketua Kopti dari sejumlah kota/kabupaten di Jawa Barat.


Analisis :

What    : Gabungan Koperasi Tempe Tahu Indonesia mendukung pengembangan budidaya
            kedelai lokal untuk meminimalisasi ketergantungan terhadap kedelai impor.
Who    : Ketua Gakoptindo, Aip Syarifuddin.
When  : Kamis (31/10/13).
Where : Gedung Primkopti Indramayu, Jalan Gatot Subroto
Why    : Peningkatan budi daya kedelai lokal tersebut dibutuhkan untuk mengatasi
              ketergantungan terhadap kedelai impor yang sering berdampak pada fluktuasi 
              harga kedelai. Saat ini, menurut Aip, kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 
              2,5 juta ton per tahun dan sekitar 2 juta ton di antaranya diperoleh melalui 
              impor dari  Amerika Serikat.
How    : Pengembangan kedelai lokal, kata Aip, telah diinisiasi melalui kerja sama lima
              kementerian, yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan,
              Kementerian Ekonomi dan UMKM, Kementerian Pertanian, dan Kementerian
              Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Gakoptindo dan Bulog di lahan 
              transmigrasi Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan baru-baru ini. 
              Penanaman kedelai tahap pertama seluas 30.000 hektare dari luas total 
              170.000 hektare lahan tersebut menjadi proyek percontohan bagi sejumlah 
              daerah lainnya di seluruh Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar